Kamis, 13 September 2012

Era Global, Pemanasan Global

Saat Ramadhan seperti ini memang cocok untuk ajang silahturahmi kembali ke masa-masa lalu seperti kenangan sekolah dulu, termasuk bertemu dengan teman-teman lama yang memang punya ceritanya masing-masing. Entah kenapa menurut aku itu indah sekali…

Ramadhan kali ini juga di hiasi dengan kenangan akan cuacanya sangat menguji ketabahan dan kesabaran kita dalam berpuasa, tingkat panas yang luar biasa dan aku tersadar bahwa panas seperti ini lain dari yang biasanya. Panas nya pun tidak di imbangi dengan angin, hadirlah suasana kering dan lembab mengisi hari-hari selama berpuasa. Namun Alhamdulillah, hari aku menulis ini (150812) hujan pun turun walaupun memang hanya sebentar dan itu saat akan berpuka puasa. Walaupun siangnya juga sangat panas, namun sudah agak “tenang” dengan adanya hujan yang mampir sebentar.

Mengenai hal ini, aku teringat suatu masa pada saat aku SMA ataupun sesaat pada SMP, aku sempat sangat tertarik untuk membahas tentang Pemanasan Global. Pada saat SMA terutama, aku pernah berdiskusi di kelas tentang permasalahan ini ataupun melalui sumber-sumber lain. Kelas ku (I-2, II-ia1, III-ia1) memang sangat “hot” bila yang namanya berdiskusi (DEBAT)… aku tidak ingin menyebutkan nama kawan-kawan (bisa berubah menjadi musuh setelah diskusi selesai) yang cukup kuat untuk dijadikan lawan berdebat. Tapi itu cukup menarik untuk dikenang, terima kasih untuk kenangan itu kawan-kawan! 

Kembali lagi kepada Pemanasan Global, aku menjadi tersadar bahwa pada tahun-tahun aku bersekolah dulu (sekitar 2006) aku masih belum terbayangkan bagaimana efek Pemanasan Global yang banyak disebutkan itu menjadi kenyataan; es kutub yang mencair dan menyebabkan debit air laut naik atau tingkat panas yang membahayakan kulit bila terkenanya. TAPI sekarang (2012) aku sudah bisa merasakannya, dimana panas yang luar biasa tapi tiba-tiba saja ada awan hitam yang datang dan menumpahkan hujan yang hanya sebentar saja. Ini juga membuat musim kita menjadi tidak jelas. Sangat sulit menjadi petani bila begini…

Prihatin mungkin sudah terlambat bila tidak di imbangi dengan perubahan nyata dari pola hidup. Aku rasa kita sudah terlambat, Pemanasan Global global memang sudah dalam tahap “pendewasaan”, seperti Gunung Anak Krakatau (ini juga suatu yang harus di waspadai ke depannya nanti). Kita sudah hidup di era bumi sudah cukup “tua” untuk menopang nafsu –nafsu kita terhadap segala apa yang ia punya. Menjadi sangat minoritas, apabila kita berbicara tentang lingkungan di tengah kemajuan ekonomi… Tapi, tidak ada mayoritas bila tidak ada minoritas.

Aku hanya menghimbau untuk lebih siap dalam membentengi diri, yang aku maksud adalah keimanan kita. Bumi yang sudah “lelah” begini dapat menjadi suatu momentum untuk kita kembali bersyukur atas apa Yang Diberi ALLAH kepada kita. Biarlah sisa-sisa bumi ini kita jaga dan selalu sadar bahwa setiap langkah dan gerak kita selalu ada Yang Maha Melihat.

Kembalilah ke fitrah kita, kita tidak bisa menandingi Kuasa ALLAH SWT…

Fauzan Nur (16 Agustus 2012 / 27 Ramadhan 1433 H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar