Senin, 06 Februari 2012

Keikhlasan Membentuk Kualitas

Sebelumnya, tulisan ini saya peruntukkan untuk Lomba Essay "DataPrint", daripada sia-sia tersimpan manis di laptop,saya share di blog aja... HOPE GET A USEFULL, ANYONE... :)

Ada banyak hal yang saya ingin utarakan sebagai mahasiswa yang dituntut aktif untuk bersuara bagi fungsi kontrol sosial dan kontrol bagi kebijakan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Namun kami juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap satu hal yang bernama “cita-cita”. Yang menjadi satu nilai khusus di mata para orang tua, yang akan menjadi kebahagiaan tak terduga di mata diri sendiri maupun di mata orang tua. Ada kalanya sebagai mahasiswa, kita harus bertindak aktif menghukum keadaan sosial yang tidak berpihak pada yang kecil, namun ada kalanya juga mahasiswa harus terpaku di dalam ruangan kuliah, mendengar satu demi satu kata-kata yang berisi mimpi indah masa depan.
Kualitas pendidikan sangat perlu dihargai sebagai sesuatu yang penting di saat kita menapaki langkah menuju kelulusan tertinggi yang semua orang ingin capai. Kualitas pendidikan akan sangat berpengaruh pada perjalanan seseorang dalam berpendidikan, diantara faktor-faktor yang begitu layak untuk dibahas disini, ada satu faktor yang saya rasa lebih mengena di dalam pembentukan kualitas pendidikan, yaitu Keikhlasan. Mungkin terlihat saya sedang di luar jalur, tapi bisa saya ilustrasikan bahwa tanpa adanya keikhlasan dari petinggi di suatu organisasi pendidikan untuk memajukan dan memperbaiki kualitas pendidikan di organisasi tersebut, maka tidak akan tercipta suatu kualitas yang baik dari pendidikannya. Bila kita melihat keadaan sebaliknya, dari segi siswa atau mahasiswa juga harus menerima dengan ikhlas setiap kebijakan dan peraturan bagi tercapainya suatu kualitas. Perlu diketahui bahwa tidak ada peraturan yang membawa kepada keburukan. Peraturan dibuat karena ada hal yang menyimpang dan perlu kembali diluruskan, dan peraturanlah yang akan menghadirkan kualitas.
Faktor kualitas pendidikan menurut saya sangat banyak, disamping prasarana fisik yang harus mendukung, juga diperlukan tenaga-tenaga pengajar yang bekerja dengan “hati”. Pengajar harus tahu untuk apa ia mengajar dan apa tujuan ia mengajar. Banyak saya temukan bahwa para pengajar, baik itu dosen ataupun guru, menjadikan mahasiswa atau siswanya hanya sebagai sarana untuk mendapatkan materi, dan akhir bulan adalah hal yang menyenangkan bagi sebagian orang ini. Faktor lain, bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas penerima materi, dalam hal ini mahasiswa atau pelajar. Banyaknya siswa di satu ruangan akan berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar di dalam kelas. Lalu kualitas moral siswa yang buruk juga akan mempengaruhi prilaku rata-rata siswa di dalam kelas, dan akan memberikan citra buruk bagi kualitas pendidikan. Pencitraan menjadi satu hal penting di negeri ini.
Bagi saya, definisi hanya berisi kata-kata umum yang belum tentu menyentuh substansi. Bila menurunkan definisi dari kualitas pendidikan, saya akan sedikit menarik dari pengalaman. Kualitas pendidikan yang baik adalah bentuk harmonisasi dari perjalanan karier pendidikan yang membentuk suatu prestasi sesuai kategori yang hanya dapat dinilai oleh masing-masing pribadi. Sangat menarik ketika kualitas pendidikan yang baik dimeratakan dan dibuat suatu kewajiban bagi pendidikan Indonesia yang terus kalah saing oleh hiburan-hiburan yang sifatnya semu.

M. Fauzan Nur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar